Pengertian Imbuhan Afiks, Prefiks, Sufiks,dan Infiks dalam menulis
Saat kita akan membuat artikel kita dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu kata baku yang sering di gunakan dalam menulis.
Artikel dibawah ini akan kami jelaskan membuat kata baku dalam Bahasa Indonesia yang Baik dan benar
Pertama Imbuhan
(afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang didalam suatu kata yang merupakan unsur
langsung, yang dimana bukan kata dan bukan pokok kata, tetapi mengubah leksem
menjadi kata yang kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai
arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan
prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation).
Imbuhan
(afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.
Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi.
Sedangkan pengertian Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi
merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem,
yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.
Kata
yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata
dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas
tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing
dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan
bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata
Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan
golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal.
Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata
berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal.
Dibidang
arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya
mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan,
rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan,
berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya.
Perbedaan
golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan
bentuk kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama
menyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan
golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Tiga
macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem
terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan
ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada
proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata
ulang, dan yang ketiga menghasilkan kata majemuk.
Pada
umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks),
sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber
lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks,
sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi
afiks.
Beberapa syarat kata yang dapat dijadikan Afiksasi
Kata
afiks itu harus dapat ditempatkan dalam bentuk-bentuk lain supaya membentuk kata
atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur
langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut
bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti:
kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata
afiks merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara
gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lainnya. Contoh: kedua, kehendak,
kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di
pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian
juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di
seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan
afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas.
Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota ,
ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk
apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks
tidak memiliki arti leksis, yang berarti tidak mempunyai pertalian arti karena kata
itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti dari kata itu
sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan
ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya
dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan
itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar
menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar suatu kata lainya.
Contoh:
afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk
imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh
asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini
terjadi perubahan bentukke-an.
Pengertian Imbuhan Afiks, Prefiks, Sufiks,dan Infiks dalam menulisa
Berikut jenis-jenis Imbuhan (Afiks) yang perlu di ketahui
1. Awalan (prefiks/ prefix)
Awalan
(prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan
(prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan
pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi
menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing. Awalan terdiri dari me, di, ke,
ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.
Awalan
me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan
pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan
me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali
memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
- Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur
Perubahan
awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
- Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong
Perubahan
awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
- Contoh: beli – membeli, pembeli
Perubahan
awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang
mengawali memiliki bunyi: /s/
- Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa
Kata
dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
- Contoh: pakai – memakai, pemakai
Kata
dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
- Contoh: lamar – melamar, pelamar
Awalan
ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif.
Untuk
kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi
pe-.
- Contoh: Renang – berenang, perenang
Awalan
di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif.
Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku
menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
- Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
Kotoran
itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
Awalan
se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah
Awalan
ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
- Contoh: Luar – keluar (Ia sedang keluar .)
Dalam
– kedalam (Mereka sedang kedalam.)
Awalan-awalan
(imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga
oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
- a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
- anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.
- bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
- de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
- eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
- ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
- hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
- in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
- infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
- intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
- inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
- ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
- kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
- makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
- mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
- multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’.
- neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
- non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
2. Akhiran (sufiks/ sufix)
Akhiran
(sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang letaknya di akhir kata. Dalam proses
pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses
pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an,
i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.
Contoh:
-an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan,
-wati+karya→karyawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut
sebagai akhiran untuk kata benda.
Sedangkan
akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik,
elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi,
surgawi, duniwi.
Kadang-kadang
akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada
yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah,
batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya,
mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus.
-or→koruptor. -if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.
Pada
kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai
akhiran-akhiran seperti berikut:
- –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat.
- –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
- –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda.
- –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
- –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.
- .–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
- –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
- –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.
- -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
- –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata ini diganti dengan –al.
- –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat.
- –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar.
- –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
- –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.
- –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-.
- –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.
- –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku;
- –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.
3. Sisipan (infiks /infix)
Sisipan
(infiks/ infix) adalah imbuhan yang letaknya di dalam kata. Jenis imbuhan ini
tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu saja.
Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku
pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama
suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan
yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
Sisipan
( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
a Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat
bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut,
artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya
terdapat bermacam-macam gunung.
b. Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh:
getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.
guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya
menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
c. Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata
dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama
dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu
yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu
yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang
mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai
sifat seperti tunjuk.
Ada
juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata
kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata
dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in-
yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang
terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat
istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata
dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier.
Kata
dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata
asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam
pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata
dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan .
Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang
mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang
sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.
Kata
dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata
jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang
lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan,
main→bermain-main, merata→meratakan.
Kata
dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata
jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih
kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→
peringatkan→ diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.
Sisipan
(infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat
(adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif
dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada
nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.
Benda
(nomina) →sifat (adjectifa)
Getar
→ gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan →
semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram →
temaram, serbak → semerbak
Tutorial diatas masih sangat jauh dari sempurna mohon saran dan kritiknya.
Trimakasih telah berkunjung ke blog ini
Semoga bermanfaat :D :D :D
Les Private Murah Jakarta
Semoga bermanfaat :D :D :D
Pengertian Imbuhan Afiks, Prefiks, Sufiks,dan Infiks dalam menulisa
Bimbingan Belajar MurahLes Private Murah Jakarta
DILARANG BERKOMENTAR SPAM...!!! EmoticonEmoticon